Saat ini
beberapa instansi pemerintah sedang melaksanakan Seleksi Kompetensi
Dasar (SKD) berbasis Computer Assisted Test (CAT) untuk perekrutan
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ada berbagai kisah dan apresiasi dari para
peserta SKD tahun ini yang menekankan nilai transparansi.
Kevin
Fernando, peserta SKD di Jambi yang ditemui Tim Monitoring SKD
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PANRB) di Jambi, merasa perekrutan tahun ini cukup adil karena yang
lolos adalah hasil dari kemampuan diri sendiri meski persiapannya cukup
panjang. “Selama saya ikuti dari awal memang cukup panjang. Saya merasa
fair dan adil, karena sesuai dengan kemampuan diri sendiri,” katanya
usai mengikuti tes kesamaptaan di Jambi, Kamis (26/10).
Kevin
sendiri mengikuti tes untuk lowongan di Kementerian Hukum dan HAM. Saat
fitemui, dia tengah mengikuti tes kesamaptaan di Gelanggang Olah Seni
(GOS) Kota Baru, Jambi. Ia merasa bersyukur bisa sampai tahap
kesamaptaan ini. Kedepannya, ia berharap sistem rekrutmen ini semakin
meningkat. Terutama pada website yang sempat tidak dapat diakses.
Masih di
Jambi, seorang peserta SKD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menyebut sistem ini sangat baik karena bisa mengurangi KKN. Sistem CAT
ini adalah harapan bagi peserta yang tidak memiliki sanak saudara dari
kalangan PNS. “Dengan adanya tes menggunakan sistem CAT ini sangat
bagus, bahkan kami yang tidak mempunyai saudara PNS bisa mempunyai
harapan karena CAT ini menurut saya transparan, bersih dan akuntabel,”
jelas peserta yang enggan menyebut namanya itu.
Bukan
hanya belajar, ia membeberkan persiapannya menjelang tes ini adalah
mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri. “Belajar dengan
sungguh-sungguh dan mengetahui kelemahan dan kelebihan saya,” imbuhnya.
Seperti
Kevin, seorang peserta SKD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di
Kalimantan Barat bernama Cindy Claudia, juga menyebut sistem CAT ini
bisa mereduksi kecurangan. “Pelaksanaannya fair ya. Sulit ada
kecurangan, seperti gosip yangvsempat muncul pada tahun sebelumnya.
Kalau seperti ini kan lebih adil kan,” jelas Cindy.
Meski ia
mengatakan kesempatan lolos SKD cukup kecil, ia mampu lolos dengan nilai
yang cukup memuaskan. Pada soal Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Cindy
mendapat nilai 85. Untuk Tes Intelijensi Umum (TIU) ia memperoleh nilai
100, dan untuk Tes Karakteristik Pribadi (TKP) ia berhasil mendapat
nilai 164. Total, Cindy memperoleh nilai 344.
Wanita
yang mengambil jurusan pendidikan Bahasa Inggris saat kuliah ini merasa
adanya perekrutan CPNS ini merupakan peluang besar saat ia baru saja
menyelesaikan kuliahnya. Soal persiapan, ia hanya menyebut cukup belajar
dengan baik menjelang tes.
“Menurut
saya ini peluang besar, setelah saya selesai kuliah ada kesempatan ini.
Walaupun kesempatannya kecil, karena yang dicari sedikit pastinya saya
persiapkan belajar dengan baik,” ujarnya.
Selain
mengapresiasi sistem SKD, Cindy juga merasa nyaman saat dilayani oleh
panitia SKD. Pelayanan yang baik itu menjadikan Cindy dapat mengerjakan
soal-soal dengan tenang. “Pelayanan baik, jadi saya bisa mengerjakan tes
dengan tenang,” pungkasnya.
Sementara
itu, di D.I. Yogyakarta, seorang peserta asal Kebumen bernama Akhmad
Faiq Nashrullah juga sangat mengapresiasi sistem yang real time ini.
Pria lulusan Fakultas Teknik ini menjalani SKD untuk formasi Auditor
ahli pertama inspektorat Kementerian Perindustrian.
Kepada
tim monitoring Kementerian PANRB, ia menilai perekrutan tahun ini bebas
dari KKN. “Saya melihat sudah akuntabel, tansparan. Dan yang pasti
penting bebas dari KKN,” katanya.
ADS HERE !!!