Di balik
pelaksanaan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) 2017 menyisakan sejumlah cerita unik, haru, perjuangan hingga
pengorbanan, dari para keluarga dan kerabat yang mengantar peserta SKD.
Di balik penyelenggaraan SKD, ada banyak orang yang setia memberi
motivasi kepada orang-orang tercintanya yang tengah mengikuti ujian.
Dalam
pantauan Tim Monitoring Seleksi CPNS Kementerian PANRB 2017 di
Gorontalo, seorang suami bahkan rela tidak mengikuti pendidikan yang
tengah dijalani di tempat kerjanya demi memberi semangat sang istri
untuk mengikuti SKD. Suami yang enggan menyebutkan namanya itu sangat
bersyukur, istrinya Nur Fajriah, isterinya yang sedang hamil saat
mengikuti SKD bisa lolos SKD dengan nilai memuaskan.
Nur
Fajriah meraih nilai total 322, dengan rincian Tes Wawasan Kebangsaan
(TWK), 75, Tes Intelijensi Umum (TIU) 90, dan Tes Karakteristik Pribadi
(TKP) memperoleh nilai 157. “Saya sudah minta izin, tidak masuk sekolah
karena prioritas istri saya. Pengorbanan saya sudah ada hasil,
alhamdulillah,” ujarnya penuh syukur.
Sang
suami juga senantiasa memberi motivasi kepada istrinya agar bisa lolos
di tahap berikutnya, yaitu Seleksi Kompetensi Bidang (SKB). Dengan
kelulusan ini ia berharap bisa membuat keluarga mereka lebih bahagia.
“Mudah-mudahan dengan kelulusan istri saya bisa membuat kita bahagia.
Karena sudah menunggu sekian lama, saya sangat bersyukur sekali, karena
Allah memberikan rizky dari kelulusan, dan istri saya sedang hamil,”
katanya sumringah.
Kepada
Tim Monitoring Seleksi CPNS Kementerian PANRB 2017, Ia mengatakan bahwa
sistem seleksi CPNS tahun ini lebih obyektif karena menggunakan sistem
digital yang real time. Lolos atau tidak, benar-benar sesuai dengan
nilai dari soal yang dikerjakan. Namun menurutnya persaingan untuk lolos
tahap SKD ini cukup ketat. “Pelaksanaan hari ini sangat bagus, meski
persaingannya sangat ketat,” ucapnya.
Seorang suami menyaksikan hasil SKD sang isteri melalui layar monitor, sambil menggendong anaknya
Sebagai
peserta tes, Nur Fajriah sendiri juga mengapresiasi sistem penerimaan
tahun ini. Mulai dari fasilitas komputer dan pelayanan dari panitia ia
nilai baik. Ia sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena bisa
lolos pada tahap ini.
Setelah
ini, ia bersiap untuk tahap SKB, dan berharap tidak terjadi kecurangan.
“Saya speechless, tapi terimakasih kepada Allah SWT bisa melewati
mudah-mudahan untuk tes-tes selanjutnya lancar,” pungkasnya didampingi
sang suami.
Di
Bandung, Kang Aceng Ilyas dari Tasikmalaya ini bersama anaknya mengantar
sang istri untuk mengikuti SKD untuk jabatan peneliti di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Namun sayang, ternyata mereka salah melihat
tanggal ujian. Seharusnya, istri dari Kang Aceng ujian pada tanggal 28
Oktober 2016. Mereka pun akhirnya kembali ke Tasikmalaya. Meski salah
jadwal, hikmahnya adalah sang istri masih ada kesempatan untuk belajar
dan mematangkan materi yang akan diujikan.
Masih di
Kota Kembang, ada seorang suami yang menggendong anaknya, tengah
harap-harap cemas menantikan hasil ujian istri tercinta. Anaknya yang
masih balita pun terlihat menangis karena mencari sang ibu. Ia
mengatakan, istrinya tengah mengikuti SKD untuk jabatan Instruktur
Bahasa Arab di Kemendikbud. “Saya optimis istri saya lolos tes. Habis
ini kami langsung pulang ke Tasikmalaya,” ujar pria yang enggan
menyebutkan identitasnya kepada Tim Monitoring Seleksi CPNS Kementerian
PANRB 2017.
Pemandangan
lain yang cukup mengharukan, ada juga Seorang kakek bernama Waktu yang
datang dari Indramayu untuk memberi motivasi kepada cucunya yang sedang
berjuang dalam SKD di Bandung. Tidak tanggung-tanggung, ia juga membawa 7
orang anggota keluarganya ke lokasi ujian. “Yakin cucu saya masuk,”
ujar Kakek Waktu optimis.
Kakek menggendong cucu ditemani nenek, saat anaknya mengikuti SKD CPNS
Kisah
lain yang cukup mengharukan terjadi di Banjarmasin. Ada seorang peserta
yang terpaksa tidak bisa mengikuti ujian ini, meski sudah datang di
lokasi. Perempuan ini diantar oleh suami, anak, serta orang tuanya.
Namun anaknya yang masih balita sedang sakit dan terus menangis, tidak
mau ditinggal oleh ibunya. Tangisan sang buah hati pun menggugah hati
si ibu untuk merelakan tidak ikut SKD, memilih menemani anaknya yang
sedang sakit.
Di Jambi,
Nur Hayati yang mengantar dan menyemangati adiknya untuk mengikuiti dan
memberi dukungan untuk bisa lolos dalam tahap ini. Mereka tinggal di
Muara Bungo, dan harus menempuh perjalanan selama 5 jam menuju lokasi
ujian.
Kepada
adiknya yang akan mengikuti ujian, Nur Hayati berpesan agar tidak gugup
saat mengerjalan soal sehingga bisa memperoleh nilai yang tinggi untuk
lolos SKD. “Harapannya mudah-mudahan nggak gugup, bisa jawab, nilai
minimum tercapai. Ya bisa lulus lah insyaallah,” ungkap Nur Hayati
seperti dilaporkan Tim Monitoring Seleksi CPNS Kementerian PANRB 2017.